Sabtu, 29 Agustus 2015

Tari Pakarena, Sulawesi Selatan

Tari Pakarena


Tari Pakarena adalah tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang diiringi oleh 2 (dua) kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik)[1]. Selain tari pakarena yang selama ini dimainkan oleh maestro tari pakarena Maccoppong Daeng Rannu (alm) di kabupaten Gowa, juga ada jenis tari pakarena lain yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu “Tari Pakarena Gantarang”. Disebut sebagai Tari Pakarena Gantarang karena tarian ini berasal dari sebuah perkampungan yang merupakan pusat kerajaan di Pulau Selayar pada masa lalu yaitu Gantarang Lalang Bata. Tarian yang dimainkan oleh kurang lebih empat orang penari perempuan ini pertama kali ditampilkan pada abad ke 17 tepatnya tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di Gantarang Lalang Bata[2].

Tidak ada data yang menyebutkan sejak kapan tarian ini ada dan siapa yang menciptakan Tari Pakarena Gantarang ini namun masyarakat meyakini bahwa Tari Pakarena Gantarang berkaitan dengan kemunculan Tumanurung. Tumanurung merupakan bidadari yang turun dari langit untuk untuk memberikan petunjuk kepada manusia di bumi. Petunjuk yang diberikan tersebut berupa symbol – simbol berupa gerakan kemudian di kenal sebagai Tari Pakarena Gantarang. Hal ini hampir senada dengan apa yang dituturkan oleh salah seorang pemain Tari Pakarena Makassar Munasih Nadjamuddin. Wanita yang sering disama Mama Muna ini mengatakan bahwa Tari Pakarena berawal dari kisah perpisahan penghuni botting langi (Negeri Kayangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dahulu. Sebelum berpisah, botting langi mengajarkan kepada penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam hingga cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan inilah yang kemudian menjadi tarian ritual ketika penduduk di bumi menyampaikan rasa syukur pada penghuni langit.


Tak mengherankan jika gerakan dari tarian ini sangat artistik dan sarat makna, halus bahkan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Tarian ini terbagi dalam 12 bagian. Setiap gerakan memiliki makna khusus. Posisi duduk, menjadi pertanda awal dan akhir Tarian Pakarena. Gerakan berputar mengikuti arah jarum jam, menunjukkan siklus kehidupan manusia. Sementara gerakan naik turun, tak ubahnya cermin irama kehidupan. Aturan mainnya, seorang penari Pakarena tidak diperkenankan membuka matanya terlalu lebar. Demikian pula dengan gerakan kaki, tidak boleh diangkat terlalu tinggi. Hal ini berlaku sepanjang tarian berlangsung yang memakan waktu sekitar dua jam. Tari Pakarena Gantarang diiringi alat music berupa gendang, kannong-kannong, gong, kancing dan pui-pui. Sedangkan kostum dari penarinya adalah, baju pahang (tenunan tangan), lipa’ sa’be (sarung sutra khas Sulawesi Selatan), dan perhiasan-perhiasan khas Kabupaten Selayar. Tahun 2007, Tari Pakarena Gantarang mewakili Sulawesi Selatan dan Indonesia pada Acara Jembatan Budaya 2007 Indonesia–Malaysia di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC).

Tari Pendet, Bali

Tari Pendet

  

Tari Pendet - Bali merupakan salah satu propinsi yang tersoroh dengan keanekaragaman kebudayaan dan eksotisme tempat wisata yang dimilikinya. Bali mempunyai beberapa kesenian tari yang sudah mendunia popularitasnya. Selain Tari Kecak, Tari Pendet merupakan salah satu kesenian yang sudah tak asing lagi bagi para pelancong lokal maupun manca negara. Tari ini secara rutin dipentaskan dan menjadi hiburan bagi para wisatawan.


Tari Pendet sendiri merupakan sebuah pernyataan dari persembahkan yang di tuangkan dalam bentuk kesenian tari. Menajdi semakin populer karena kesenian ini sangat mudah di tarikan oleh semua orang dan tidak perlu dengan latihan yang intensif.

Menurut sejarah tarian ini dulunya diciptakan oleh seorang Maestro yang berasal dari bali yaitu I Wayan Rindi pada Tahun 1967. Dahulunya tari pendet merupakan tarian yang bersifat sakral dan hanya di pentaskan di Pura pada saat ada ritual keagamaan tertentu. Oleh I Wayan Rindi seni tari ini di ubah menjadi kesenian yang dapat dipentaskan tidak hanya pada setiap ritual keagamaan.


Tarian ini dibawakan oleh beberapa orang remaja putri yang dalam menarikannya membawa mangkuk dari perak dimana di dalamnya diisi penuh dengan bunga. Pada akhir pementasan, bunga yang berada di dalam mangkuk perak itu nantinya akan di taburkan oleh para penari kepada para penonton sebagai ucapan selamat datang. Oleh karena itu Tari Pendet sering disebut sebagai tari penyambutan.


Tari Topeng Klana

Tari Topeng Klana

Salah Satu Jenis Tari Topeng Yang Berasal Dari Cirebon

Tari Topeng Cirebon adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu, Jatibarang, Losari, dan Brebes. Di Cirebon, tari topeng ini sendiri banyak sekali jenisnya, dalam hal gerakan maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian tunggal, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.
Salah satu jenis tari topeng yang berasal dari Cirebon adalah Tari Topeng Klana. Tarian ini merupakan semacam bagian lain dari tari topeng cirebon lainnya yaitu Tari Topeng Kencana Wungu. Adakalanya kedua tari Topeng ini disajikan bersama, biasa disebut dengan Tari Topeng Klana Kencana Wungu.
Tari Topeng Klana merupakan rangkaian gerakan tari yang menceritakan Prabu Minakjingga (Klana) yang tergila-gila pada kecantikan Ratu Kencana Wungu, hingga kemudian berusaha mendapatkan pujaan hatinya. Namun upaya pengejarannya tidak mendapat hasil.
Kemarahan yang tak bisa lagi disembunyikannya kemudian membeberkan segala tabiat buruknya. Inilah kiranya yang menginspirasi  Nugraha Soeradiredja ketika menciptakan Tari Klana. 

Pada dasarnya, bentuk dan warna topeng mewakili karakter atau watak tokoh yang dimainkan. Klana, dengan topeng dan kostum yang didominasi warna merah mewakili karakter yang tempramental.   Dalam tarian ini, Klana yang merupakan orang yang serakah, penuh amarah, dan tidak bisa menjaga hawa nafsu divisualisasikan dalam gerakan langkah kaki yang panjang-panjang dan menghentak. Sepasang tangannya juga terbuka, serta jari-jari yang selalu mengepal.
Sebagian gerak tarinya menggambarkan seseorang yang gagah, mabuk, marah, atau tertawa terbahak-bahak. Tarian ini biasa dipadukan dengan irama Gonjing yang dilanjutkan dengan Sarung Ilang. Pola pengadegan tarinya sama dengan topeng lainnya, terdiri atas bagian baksarai (tari yang belum memakai kedok) dan bagian ngedok (tari yang memakai topeng).
Tepat sebelum bagian akhir tarian ini, penari biasanya berkeliling kepada tamu yang datang untuk meminta uang. Ia berkeliling dengan mengasonkan topeng yang dipakainya sebagai wadah uang pemberian penonton. Bagian ini disebut dengan Ngarayuda atau Nyarayuda, simbol dari raja kaya raya yang masih tidak merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, hingga terus merampas sebanyak-banyaknya harta rakyat kecil tanpa mempeduikan hak-haknya. 
Tari Topeng Klana kadang disebut Tari Topeng Rowana, mengacu pada tokoh Rahwana dalam cerita Ramayana yang memiliki kesamaan karakter. Tetapi ini jelas berbeda, karena tokoh Rowana ada dalam Tari Topeng Panji. 

Rabu, 26 Agustus 2015

Tari Sekapur Sirih, Jambi

Tari Sekapur Sirih



Orang penting yang melancong ke tanah Jambi pastilah beruntung karena akan disuguhkan gerak tari yang lembut dan halus berkolaborasi dengan iringan musik dan syair yang agung. Tari tersebut ialah Tari Sekapur Sirih. Tari ini merupakan tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar di Provinsi Jambi.





Tarian ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962. Pada tahun 1967 tarian ini ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Tari ini mendeskripsikan perasaan lapang dan terbuka yang dimiliki orang-orang Jambi terhadap tamu yang berkunjung ke daerah mereka. Jumlah penari dalam tarian ini ialah 9 orang penari perempuan dan 3 orang penari laki-laki. Di antara dua belas penari tersebut satu orang bertugas memegang payung, dua orang pengawal, dan sisanya menari. 


Sayangnya, hari ini antusiasme warga terhadap tarian ini berkurang. Hal tersebut terlihat dari jumlah penari yang menyusut dalam tarian ini, yaitu berjumlah enam orang, satu orang penari laki-laki yang bertugas membawa cerano, sisanya penari perempuan. 


Gerakan melenggang, sembah tinggi, merentang kepak, berhias (memasang cincin, gelang, anting, serta bedak gincu dan calak), gerakan putar setengah, putar penuh menjadi bagian dari tarian ini. Gerakan tersebut dilakukan dalam posisi level rendah dan sedang sedangkan pola lantai yang dimainkan disesuaikan dengan kebutuhan dan tempat pementasan. Apabila dilakukan di gedung atau indoor pola lantai dapat dilakukan namun apabila di luar gedung atau outdoor pola lantai jarang dilakukan.

Cerano atau wadah yang berisikan lembaran daun sirih, payung, keris merupakan property yang digunakan dalam tarian ini. Untuk pakaian, para penari mengenakan baju kurung adat Jambi.  Senandung lagu rakyat Jeruk Purut  dan suara biola dan akordion berlanggam melayu dan ditemani oleh gambus, gong, dan gendang turut mengiringi tarian ini.

Para penari berhias tubuhnya dengan balutanssongket, baju kurung dalam, sedangkan hias kepala berupa sunting yang terdiri dari kembang goyang, beringin dan cempako. Pemanis lain yang juga digunakan ialah teratai, pending dan gelang. Namun, hari ini, seiring dengan perkembangan zaman, aksesoris yang dipakai bertambah. Misalnya, Gelang Kilat Bahu, Gelang Kano, Gelang Pipih dan Gelang Buku Beban atau juga disebut Gelang Puru, sedangkan sanggul Lipat Pandan, Sunting Beringin, dan Kembang Goyang menjadi perhiasan untuk kepala.

Sebenarnya, nama atau istilah dari tarian ini cukup beragam sama dengan beragamny varian tarian ini, salah satunya tari Penyambutan. Awalnya, tarian ini disebut tarian persembahan, kemudian mengalami perubahan menjadi Tari Penyambutan. Bedanya dengan tari sekapur sirih ialah bahwa tari Penyambutan adalah tari kreasi baru yang diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejei. Jumlah penari disesuaikan dengan tempat, bisa putra bisa putri, bisa juga berpasangan. 

Masyarakat Rejang Lembak menyebut tari Penyambutan dengan sebutan tari Kurak, meskipun pada akhirnya nama tari Penyambutan dipilih untuk dibakukan. Musik dan Alat Musik dalam tari Penyambutan menggunakan musik Kejei. 

Gerakan tarian ini terdiri dari sembah tari, yaitu tangan diangkat di atas bahu. Kemudian penari akan melakukan sembah tamu, yaitu gerakan tangan yang mengangkat tangan ke atas dada. Setelah itu penyerah siri melakukan pose setengah jongkok dan setengah berdiri untuk tarian yang dilakukan di luar rumah, sementara itu gerakan lantai dilakukan untuk tarian yang dilakukan di dalam rumah.

Tari Merak Jawa Barat

Tari Merak

Sejarah




Tari Merak sebenarnya berasal dari bumi Pasundan ketika pada tahun 1950an seorang kareografer bernama Raden Tjetjep Somantri menciptakan gerakan Tari Merak. Sesuai dengan namanya, Tari Merak merupakan implentasi dari kehidupan burung Merak. Utamanya tingkah merak jantan ketika ingin memikat merak betina. Gerakan merak jantan yang memamerkan keindahan bulu ekornya ketika ingin menarik perhatian merak betina tergambar jelas dalam Tari Merak.


Warna kostum yang dipakai oleh para penari biasanya sesuai dengan corak bulu burung merak. Selain itu, kostum penari juga dilengkapi dengan sepasang sayap yang mengimpletasikan bentuk dari bulu merak jantan yang sedang dikembangkan.




Dalam perjalanan waktu, Tari Merak Jawa Barat telah mengalami perubahan dari gerakan asli yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri. Adalah Dra. Irawati Durban Arjon yang berjasa menambahkan beberapa koreografi ke dalam Tari Merak versi asli. Sejarah Tari Merak tidak hanya sampai disitu karena pada tahun 1985 gerakan Tari Merak kembali direvisi.




Dalam pertunjukannya Sejarah Tari Merak Jawa Barat biasanya ditampilkan secara berpasangan dengan masing – masing penari memerankan sebagai merak jantan atau betina. Dengan iringan lagu gending Macan Ucul para penari mulai menggerakan tubuhnya dengan gemulai layaknya gerakan merak jantan yang sedang tebar pesona.



Gerakan merak yang anggun dan mempesona tergambar dari gerakan Tari Merak yang penuh keceriaan dan keanggunan. Sehingga tak heran jika Tari Merak sering digunakan untuk menyambut pengantin pria atau sebagai hiburan untuk tamu dalam acara pernikahan.



Tari Bambangan Cakil Tarian Tradisional dari Jawa Tengah

Tari Bambangan Cakil 

Tarian tradisional satu ini merupakan tarian dari Jawa Tengah yang di ambil dari cerita pewayangan. Namanya adalah Tari Bambangan Cakil



Apakah Tari Bambangan Cakil itu?
Tari Bambangan Cakil adalah tarian tradisional yang di adobsi dari salah satu adegan dalam cerita pewayangan. Adegan yang diadobsi adalah adegan perang kembang, yang menceritakan peperangan antara kesatria dan raksasa. Tarian ini merupakan salah satu tarian klasik yang ada di jawa khususnya Jawa Tengah

Dalam Tari Bambangan Cakil ini menceritakan  peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Kedua sifat tersebut di gambarkan dalam gerakan tari tokoh dalam tarian tersebut. Dimana kebaikan yang ada pada tokoh kesatria di gambarkan dengan gerakan yang bersifat halus dan lemah lembut. Sementara kejahatan pada tokoh raksasa di gambarkan dengan gerakan yang bersifat kasar dan beringas. Tokoh dalam pewayangan yang di gunakan dalam tarian ini adalahArjuna sebagai Kesatria, dan Cakil sebagai raksasa. Tarian ini mengandung nilai filosofi yang tinggi dimana kejahatan dan keangkaramurkaan akan kalah dengan kebaikan.

Gerakan dalam Tari Bambangan Cakil ini sangat artistik. Walaupun di adopsi dari cerita pewayangan, tarian tidak di tarikan dengan percakapan. Namun pesan dan cerita dalam tarian ini tetap tersampaikan melalui alur gerakan para penarinya. Untuk memerankan tokoh dalam Tari Bambangan Cakil ini tentunya ada syarat - syarat tertentu agar tarian terlihat menarik, diantaranya seperti fisik penari, keluwesan dalam menari, dan sifat dari para penari sendiri. Untuk memerankan tokoh kesatria biasanya harus memiliki fisik yang rupawan dan luwes/ lemah lembut. Sedangkan untuk memerankan tokoh cakil, dibutuhkan kelincahan dalam menari karena sifatnya yang beringas sehingga membutuhkan gerakan yang lebih. Selain itu penari cakil juga harus luwes, karena gerakan tokoh cakil yang cenderung aktraktif.

Dalam pertunjukannya, Tari Bambangan Cakil biasanya tidak hanya di mainkan oleh 2 orang saja. Namun ada beberapa peran pendukung seperti pasukan raksasa dan penari wanita sebagai pasangan kesatria. Peran pendukung tersebut biasanya di mainkan pada awal pertunjukan agar pertunjukan terlihat tidak kaku dan lebih menarik. Tarian Ini di iringi oleh iringan gending srempengan, Ladrang Cluntang Sampak Laras Slendro. Suara kendang dalam pada musik pengiring sangat penting dalam tarian ini. Seperti pada tarian jawa lainya, suara gendang harus di selaraskan dengan gerakan penari dan musik pengiring lainnya. Busana yang di gunakan para penari biasanya menggunakan busana pada pada wayang uwong (wayang orang), selain itu juga tata rias yang di gunakan juga sama seperti wayang wong. Semua itu di sesuikan dengan tokoh yang di perankan oleh penarinya.


Dalam perkembangannya, Tari Bambangan Cakil ini sering di tampilkan dengan kemasan yang berbeda setiap kelompok tari atau pertunjukannya. Beberapa kreasi yang di lakukan dalam gerakan atau penari tambahan agar pertunjukan terlihat menarik dan tidak terlihat kaku. Tari Bambangan Cakil ini sering di tampilkan pada berbagai acara budaya, penyambutan tamu kehormatan atau festival budaya. Karena gerakan tarinya yang begitu artistik dan nilai – nilai di dalamnya yang begitu khas. Tarian ini merupakan salah satu Tarian Tradisional dari Jawa Tengah yang harus di lestarikan.